SMA Kesatrian 2 menggelar Pentas Seni di halaman sekolah Jl Gajah Raya 58. Acara bertajuk SCHOOL ADDICTXEON ini bekerja sama dengan YAMAHA. Kegiatan diisi dengan Modern Dance, Band, Sing A Song, Asah otak, Treasure hunt, Mading 3D, Foto Competition, Band Perform dari Top 40 Band dan Guest Star dari TIPE-X.
Acara yang ini bertujuan untuk mengisi kegiatan tengah semester dan memberikan hiburan kepada seluruh warga sekolah setelah menerima hasil MidSemester. Selain itu, Sekolah memberikan wahana Pengembangan diri kepada siswa untuk menyalurkan bakat dibidang seni dan keterampilan.
Nirmalaa Putri KECIL :)
Selasa, 09 November 2010
Selasa, 02 November 2010
untuk MERAPI ..
Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di tempat tersebut, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan. Kini Merapi termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.
Nama gunung Merapi sudah cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. Sesuatu yang berkaitan keberadaan gunung Merapi kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau misteri, di antaranya keberadaan makhluk-makhluk gaib penguasa dan penghuni gunung Merapi. Hal ini tidaklah berlebihan, karena hasil investigasi membuktikan bahwa masyarakat setempat yakin kalau penghuni dan penguasa gunung Merapi memang ada.
Mereka memanggilnya dengan sebutan Eyang Merapi. "Bapak lihat bukit kecil di atas itu? Itu namanya gunung Wutah, gapuranya atau pintu gerbangnya kraton Eyang Merapi". Sebaris kalimat dengan nada bangga itu meluncur begitu saja dari Bangat, seorang penduduk asli Kinahrejo Cangkrinagan Sleman, sesaat setelah kami menapaki sebuah ara tandus berbatu tanpa hiasan pepohonan sebatang pun.
Masyarakat setempat meyakini, kawasan wingit yang diapit oleh dua buah gundukan kecil itu memang dikenal sebagai pelatarannya keraton Eyang Merapi. Untuk naik ke sana, diingatkan agar uluk salam, atau sekadar minta permisi begitu di atasnya. "Kulo nuwun Eyang, kulo ingkang sowan, sumangga silakna rikma niro," imbuh istri Bangat, Suharjiyah, sembari menuntun kami untuk menirukan lafal tersebut.
Tenyu saja, imbauan sepasang suami istri yang tubuhnya kian keriput dimakan usia itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang penguasa kraton Merapi sangat tersinggung bila ada pendatang baru yang neko-neko (berbuat macam-macam), pethakilan (bertingkah tidak senonoh) tanpa memberi uluk salam (permisi). Hal-hal tersebut jika dilanggar akibatnya akan sangat fatal. "Mereka yang sama sekali tidak mengubris pakem kultur tersebut jelas akibatnya akan fatal, biasanya akan tersesat hingga kecebur jurang," tegas Bangat.
Satu hal yang perlu diingat, setiap pendatang baru di kawasan Kinahrejo niscaya bakal celaka bila sampai menyakiti hati penduduk setempat. "Nantinya bisa-bisa kuwalat jadinya," imbuh Bangat. Sekejam itukah? "Sebenarnya sih enggak. Cuma memang, Eyang Merapi itu nggak suka kalau kampung sini (Kinahrejo, Red) jadi sasaran perbuatan yang nggak terpuji. Masalahnya, warga sini sebetulnyakan masih termasuk rakyatnya kraton Eyang Merapi. Nggak percaya? Coba saja Bapak perhatikan dan tanyakan kepada warga sini, apa pernah wilayah ini terkena semburan lahar panas Merapi? Pasti jawab mereka tidak," terang Bangat.
Ditambahkan, beberapa warga setempat menggambarkan sosok penguasa kraton Merapi dengan makhluk yang menyeramkan, namun berhati mulia dan tidak bermaksud jahat, "Dia adalah pengayom masyarakat setempat," tandas Suharjiyah. Besarnya rasa percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya, pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.
Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit (Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar Kinahrejo. "Bukit Kendit maupun bukit Wutah itu kan masih masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi. Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi. Jadi nggak mungkin Eyang akan tega membinasakan orang yang memang sudah lama mendiami tempat sekitar itu," Bangat menjelaskan lebih jauh.
Memang, dibandingkan penduduk desa lainnya, nasib penghuni desa Kinahrejo dan sekitarnya termasuk yang beruntung. Selain merupakan desa yang nyaris selalu luput dari ancaman bahaya lahar panas Merapi, desa yang konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah reresentasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.
Tak aneh kalau dikemudian hari kerap muncul sindirin dikalangan penduduk setempat kepada warga diwilayah barat daya gunung Merapi yang kerap jadi langganan bencana lahar. "Kalau ingin hidup tenang tentram, pindahlah kemari. Eyang Merapi kan selalu melindungi kami," ujar Wardiyah, salah seorang warga yang mengaku penduduk asli desa Kinahrejo.
Ucapan Wardiyah tersebut memang ada benarnya. Penduduk desa Kinahrejo seolah telah mendapat garansi dari Eyang Merapi. Pendek kata, selagi mereka patuh terhadap segala peraturan yang ada misalnya selalu mempersembahkan bulu bekti berupa persembahan sesajian serta selalu melakukan ritual labuhan setiap tahunnya, mereka yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan Merapi.
Suhu Udara
Suhu udara di dieng berkisar 14 s/d 20°C dan dimalam hari mencapai 10°C. Pada bulan Juli - Agustus / Musim kemarau Suhu udara dieng dapat mencapai 0°C di pagi hari. Masyarakat setempat menyebutnya bun Upas, sebuah embun beracun yang dapat merusak tanaman pertanian.
Masyarakat dieng beradaptasi dengan udara dingin, dengan cara membuat perapian dan pakaian khas berupa sarung yang menutup kepala. Hal ini menjadi keunikan tersendiri.
Meninggal pada tanggal 26 Oktober 2010, terjadi letusan gunung merapi yang disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah maridjan bermukim. Mbah Maridjan Ditemukan Meninggal Dunia dalam Posisi Sujud di Dapur rumahnya. Merapi dan Mbah Maridjan 'Sang Samurai Jawi' bagai tak terpisahkan sebagai salah satu juru kunci poros imajiner monumen Mataram Yogyakarta yaitu Merapi, Tugu, Kraton, Kandang Menjangan dan Laut Kidul. Ki Surakso Hargo sang penjaga Gunung, Gunung Merapi telah pergi meninggalkan kita semua kemarin karena awan panas semburan Merapi yang menerpa dan meluluhlantakkan dusun Kinahrejo, beserta belasan pengikutnya. Keteguhan pada amanat tugasnya yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dijaga dan ditunaikan hingga nafas terakhirnya bersama rumah sekaligus kantornya dalam buaian dengus nafas Gunung Merapi, bahkan dalam kondisi bersujud.
Banyak ungkapan minor hingga yang menghormati pendapat dan kebijaksanaan Mbah Maridjan sang Samurai Jawi, ada mengatakan konyol, bahkan hingga takabur. Memang ideologi kesetiaan saat ini sudah sangat luntur seiring dengan akal dan logika yang berkembang dengan sifat dan kebutuhan dunia baik material maupun ideologis yang sudah sangat berlainan jika tidak bisa dikatakan kebalikan dari perspektif Kejawen atau filosofi kebatinan yang sudah lebih dianggap sebagai mistik, sesat, diluar nalar ataupun hal lain yang sangat menistakannya ataupun menisbikan sesuatu daya hidup yang memiliki perspektif berlainan dan sangat jauh dari ide-ide yang dibawa dari barat.
Mengapa Samurai Jawi, memang istilah ksatria, atau apapun yang lain juga hampir memiliki makna yang sama, saya anggap samurai karena meskipun sudah ditinggal wafat oleh Sultan HB IX namun kesetiaan pada beliau masih tertanam dan tidak berbalik arah, apalagi menjadi ronin ala para samurai Soeharto yang kemudian melacurkan diri kemana-mana untuk bertahan hidup karena kehilangan induknya, bahkan saling hantam satu sama lain meskipun dalam konteks untuk menutupi sesuatu yang sangat rahasia tentunya. Bukan seperti itu sosok mbah maridjan, dengan kelugasan dan darma bhaktinya pada tugas dan amanat, bagai nakhoda kapal yang setia dan menyatu dengan kapalnya. Serta sangat memberikan inspirasi nan demikian dalam karena menjadi kisah yang sangat sulit disamai dengan peristiwa apapun di saat ini, terlebih dengan bayaran yang diterimanya dari Kraton Kasultanan Yogyakarta tak lebih dari lima belas ribu rupiah setiap bulannya. Sangat jauh dengan kondisi sang raja, dengan mobil mersinya dan glamournya kehidupan kraton.
Sang Samurai Jawi itu telah pergi untuk selamanya meninggalkan banyak kenangan bagi ribuan insan pecinta alam terutama para pendaki gunung yang selalu mendapatkan wejangan barang sekelumit ketika akan mendaki gunung Merapi yang memiliki tingkat kesulitan nomer 2 di Indonesia pada jalur pendakian melalui Kinahrejo setelah Cartenz di Papua. Bahkan masih sangat ingat ketika setiap malam minggu banyak rekan-rekan yang menyempatkan diri untuk hanya ngobrol dan beranjangsana dengan Mbah Maridjan di rumahnya, dari berbagai kalangan dan tingkat pendidikan. Entah ada pesona apa disana, yang jelas hal ini hanya bisa dirasakan oleh para pelakunya.
Kini setelah kepergian sang Samurai Jawi ini seakan ada konflik kepercayaan bagi masyarakat tentang informasi dan second opinion akan Gunung Merapi, semoga saja segera muncul tokoh yang bisa kukuh seperti beliau Mbah Maridjan dengan teladan kesederhanaan dan kesiapsiagaannya melayani dan nyrateni Gunung Merapi, baik secara logika ataupun secara mistis sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Jogjakarta, dan tidak berharap bahwa keyakinan yang indah itu akan segera sirna dengan segala macam logika dan pemurnian yang sangat diselimuti nuansa penghilangan budaya Jawi yang penuh kesederhanaan dan dedikasi menjadi ideologi yang berperspektif robot, pemberontak ataupun hanya mengabdi pada kepentingan duniawi lahiriah ansich, karena bagaimanapun kehancuran dunia dan bubrahnya aturan-aturan di negeri ini juga karena hal demikian, bahkan pengrusakan alam adalah karena kecerdasan yang sudah terlalu jauh meninggalkan hati nurani dan kemanusiaan sejati.
Aktivitas Merapi
Peningkatan Status Gunung Merapi menjadi AWAS
Gunung merapi merupakan gunung tipe strato dengan ketinggian 2980 m dpl. Secara geografis terletak pada posisi 7o32,5" Lintang Selatan dan 110o26,5" Bujur Timur. Secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kab. Sleman, Kab. Magelang, Kab. Boyolali dan Kab. Klaten. Status G. Merapi ditingkat dari normal menjadi waspada pada tanggal 20 September 2010, dan ditingkatkan menjadi siaga pada tanggal 21 Oktober 2010.
Berdasarkan hasil pengamatan kegempaan, deformasi dan visual menunjukan adanya peningkatan kegiatan/aktivitas secara signifikan. Maka terhitung sejak tanggal 25 Oktober 2010 pukul 06.00 WIB, status kegiatan Gunung Merapi dinaikan dari "SIAGA" menjadi "AWAS"
Dampak Gunung Merapi
a. positif
Nama gunung Merapi sudah cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. Sesuatu yang berkaitan keberadaan gunung Merapi kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau misteri, di antaranya keberadaan makhluk-makhluk gaib penguasa dan penghuni gunung Merapi. Hal ini tidaklah berlebihan, karena hasil investigasi membuktikan bahwa masyarakat setempat yakin kalau penghuni dan penguasa gunung Merapi memang ada.
Mereka memanggilnya dengan sebutan Eyang Merapi. "Bapak lihat bukit kecil di atas itu? Itu namanya gunung Wutah, gapuranya atau pintu gerbangnya kraton Eyang Merapi". Sebaris kalimat dengan nada bangga itu meluncur begitu saja dari Bangat, seorang penduduk asli Kinahrejo Cangkrinagan Sleman, sesaat setelah kami menapaki sebuah ara tandus berbatu tanpa hiasan pepohonan sebatang pun.
Masyarakat setempat meyakini, kawasan wingit yang diapit oleh dua buah gundukan kecil itu memang dikenal sebagai pelatarannya keraton Eyang Merapi. Untuk naik ke sana, diingatkan agar uluk salam, atau sekadar minta permisi begitu di atasnya. "Kulo nuwun Eyang, kulo ingkang sowan, sumangga silakna rikma niro," imbuh istri Bangat, Suharjiyah, sembari menuntun kami untuk menirukan lafal tersebut.
Tenyu saja, imbauan sepasang suami istri yang tubuhnya kian keriput dimakan usia itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang penguasa kraton Merapi sangat tersinggung bila ada pendatang baru yang neko-neko (berbuat macam-macam), pethakilan (bertingkah tidak senonoh) tanpa memberi uluk salam (permisi). Hal-hal tersebut jika dilanggar akibatnya akan sangat fatal. "Mereka yang sama sekali tidak mengubris pakem kultur tersebut jelas akibatnya akan fatal, biasanya akan tersesat hingga kecebur jurang," tegas Bangat.
Satu hal yang perlu diingat, setiap pendatang baru di kawasan Kinahrejo niscaya bakal celaka bila sampai menyakiti hati penduduk setempat. "Nantinya bisa-bisa kuwalat jadinya," imbuh Bangat. Sekejam itukah? "Sebenarnya sih enggak. Cuma memang, Eyang Merapi itu nggak suka kalau kampung sini (Kinahrejo, Red) jadi sasaran perbuatan yang nggak terpuji. Masalahnya, warga sini sebetulnyakan masih termasuk rakyatnya kraton Eyang Merapi. Nggak percaya? Coba saja Bapak perhatikan dan tanyakan kepada warga sini, apa pernah wilayah ini terkena semburan lahar panas Merapi? Pasti jawab mereka tidak," terang Bangat.
Ditambahkan, beberapa warga setempat menggambarkan sosok penguasa kraton Merapi dengan makhluk yang menyeramkan, namun berhati mulia dan tidak bermaksud jahat, "Dia adalah pengayom masyarakat setempat," tandas Suharjiyah. Besarnya rasa percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya, pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.
Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit (Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar Kinahrejo. "Bukit Kendit maupun bukit Wutah itu kan masih masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi. Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi. Jadi nggak mungkin Eyang akan tega membinasakan orang yang memang sudah lama mendiami tempat sekitar itu," Bangat menjelaskan lebih jauh.
Memang, dibandingkan penduduk desa lainnya, nasib penghuni desa Kinahrejo dan sekitarnya termasuk yang beruntung. Selain merupakan desa yang nyaris selalu luput dari ancaman bahaya lahar panas Merapi, desa yang konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah reresentasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.
Tak aneh kalau dikemudian hari kerap muncul sindirin dikalangan penduduk setempat kepada warga diwilayah barat daya gunung Merapi yang kerap jadi langganan bencana lahar. "Kalau ingin hidup tenang tentram, pindahlah kemari. Eyang Merapi kan selalu melindungi kami," ujar Wardiyah, salah seorang warga yang mengaku penduduk asli desa Kinahrejo.
Ucapan Wardiyah tersebut memang ada benarnya. Penduduk desa Kinahrejo seolah telah mendapat garansi dari Eyang Merapi. Pendek kata, selagi mereka patuh terhadap segala peraturan yang ada misalnya selalu mempersembahkan bulu bekti berupa persembahan sesajian serta selalu melakukan ritual labuhan setiap tahunnya, mereka yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan Merapi.
Letak Geografi
Secara Geografis (menurut ilmu bumi) Dieng terletak 4°37’ - 5°15’ Lintang Selatan, 106°32’ - 106°52’ Bujur Timur dan pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92. Dieng berada 26 Km kearah utara dari pusat kota Wonosobo. Dieng merupakan daerah dataran tinggi, dengan ketinggian rata - rata ±2095 meter diatas permukaan laut. Jika di amati dari Topografi, letak dieng dikelilingi oleh beberapa buah gunung yaitu Gunung Perahu, Pakuwojo, Sindoro, Sumbing dan beberapa buah pegunungan kecil lainya.
Secara Geografis (menurut ilmu bumi) Dieng terletak 4°37’ - 5°15’ Lintang Selatan, 106°32’ - 106°52’ Bujur Timur dan pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92. Dieng berada 26 Km kearah utara dari pusat kota Wonosobo. Dieng merupakan daerah dataran tinggi, dengan ketinggian rata - rata ±2095 meter diatas permukaan laut. Jika di amati dari Topografi, letak dieng dikelilingi oleh beberapa buah gunung yaitu Gunung Perahu, Pakuwojo, Sindoro, Sumbing dan beberapa buah pegunungan kecil lainya.
Letak Astronomi
Letak Astronomi (menurut ilmu Falak) Dieng terletak 7,20° Lintang Selatan dan 109,92° Bujur Timur.
Letak Astronomi (menurut ilmu Falak) Dieng terletak 7,20° Lintang Selatan dan 109,92° Bujur Timur.
Geologi
Dataran tinggi dieng atau yang sering dikenal dengan sebutan Dieng Plateau terbentuk oleh kawah gunung berapi yang telah mati / tidak aktif. Sampai dengan sekarang aktivitas vulkanik dapat temukan, Seperti terdapat kawah sebagai keluarnya gas dan uap air.
Aktivitas vulkanik di Dataran tinggi dieng mengeluarkan zat karbon dioksida, kadang kadang mengakibatkan bencana bagi masyarakat setempat. Seperti Kawah Sikendang, Sinila dan Timbang berpotensi mengeluarkan gas beracun.
Pada Februari 1979, terjadi bencana di Kawah Sinila berupa ledakan besar dan mengeluarkan gas beracun CO2 dan H2S. Yang mengakibatkan 149 penduduk meninggal dunia.
Pada tahun 1944, di daerah Djawera and Kepakisan-lor, Kepakisan, Sekalem, Sidolok, Pagerkandang terjadi letusan kawah sileri. Yang mengakibatkan 38 orang terluka dan 55 orang dinyatakan hilang.
Pada Oktober 1939 dan Januari 2009 juga terjadi ledakan yang sama di dataran tinggi dieng.
Disamping bencana yang ditimbulkan dari aktivitas vulkanik gas/uap panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Disekitar kawah juga dapat diambil beberapa manfaat seperti sulfur yang dijadikan bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Dataran tinggi dieng atau yang sering dikenal dengan sebutan Dieng Plateau terbentuk oleh kawah gunung berapi yang telah mati / tidak aktif. Sampai dengan sekarang aktivitas vulkanik dapat temukan, Seperti terdapat kawah sebagai keluarnya gas dan uap air.
Aktivitas vulkanik di Dataran tinggi dieng mengeluarkan zat karbon dioksida, kadang kadang mengakibatkan bencana bagi masyarakat setempat. Seperti Kawah Sikendang, Sinila dan Timbang berpotensi mengeluarkan gas beracun.
Pada Februari 1979, terjadi bencana di Kawah Sinila berupa ledakan besar dan mengeluarkan gas beracun CO2 dan H2S. Yang mengakibatkan 149 penduduk meninggal dunia.
Pada tahun 1944, di daerah Djawera and Kepakisan-lor, Kepakisan, Sekalem, Sidolok, Pagerkandang terjadi letusan kawah sileri. Yang mengakibatkan 38 orang terluka dan 55 orang dinyatakan hilang.
Pada Oktober 1939 dan Januari 2009 juga terjadi ledakan yang sama di dataran tinggi dieng.
Disamping bencana yang ditimbulkan dari aktivitas vulkanik gas/uap panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Disekitar kawah juga dapat diambil beberapa manfaat seperti sulfur yang dijadikan bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Suhu Udara
Suhu udara di dieng berkisar 14 s/d 20°C dan dimalam hari mencapai 10°C. Pada bulan Juli - Agustus / Musim kemarau Suhu udara dieng dapat mencapai 0°C di pagi hari. Masyarakat setempat menyebutnya bun Upas, sebuah embun beracun yang dapat merusak tanaman pertanian.
Masyarakat dieng beradaptasi dengan udara dingin, dengan cara membuat perapian dan pakaian khas berupa sarung yang menutup kepala. Hal ini menjadi keunikan tersendiri.
Juru Kunci ( Mbah Maridjan )
Mbah Maridjan (nama asli: Mas Penewu Suraksohargo; lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tahun 1927) adalah seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi.Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Juru kunci pada saat itu adalah ayah Mbah Marijan. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982, setelah ayahnya wafat.Sejak kejadian Gunung Merapi mau meletus tahun 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut, Mbah Marijan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah satu produk minuman energi. Meninggal pada tanggal 26 Oktober 2010, terjadi letusan gunung merapi yang disertai awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas tersebut meluncur turun melewati kawasan tempat mbah maridjan bermukim. Mbah Maridjan Ditemukan Meninggal Dunia dalam Posisi Sujud di Dapur rumahnya. Merapi dan Mbah Maridjan 'Sang Samurai Jawi' bagai tak terpisahkan sebagai salah satu juru kunci poros imajiner monumen Mataram Yogyakarta yaitu Merapi, Tugu, Kraton, Kandang Menjangan dan Laut Kidul. Ki Surakso Hargo sang penjaga Gunung, Gunung Merapi telah pergi meninggalkan kita semua kemarin karena awan panas semburan Merapi yang menerpa dan meluluhlantakkan dusun Kinahrejo, beserta belasan pengikutnya. Keteguhan pada amanat tugasnya yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dijaga dan ditunaikan hingga nafas terakhirnya bersama rumah sekaligus kantornya dalam buaian dengus nafas Gunung Merapi, bahkan dalam kondisi bersujud.
Banyak ungkapan minor hingga yang menghormati pendapat dan kebijaksanaan Mbah Maridjan sang Samurai Jawi, ada mengatakan konyol, bahkan hingga takabur. Memang ideologi kesetiaan saat ini sudah sangat luntur seiring dengan akal dan logika yang berkembang dengan sifat dan kebutuhan dunia baik material maupun ideologis yang sudah sangat berlainan jika tidak bisa dikatakan kebalikan dari perspektif Kejawen atau filosofi kebatinan yang sudah lebih dianggap sebagai mistik, sesat, diluar nalar ataupun hal lain yang sangat menistakannya ataupun menisbikan sesuatu daya hidup yang memiliki perspektif berlainan dan sangat jauh dari ide-ide yang dibawa dari barat.
Mengapa Samurai Jawi, memang istilah ksatria, atau apapun yang lain juga hampir memiliki makna yang sama, saya anggap samurai karena meskipun sudah ditinggal wafat oleh Sultan HB IX namun kesetiaan pada beliau masih tertanam dan tidak berbalik arah, apalagi menjadi ronin ala para samurai Soeharto yang kemudian melacurkan diri kemana-mana untuk bertahan hidup karena kehilangan induknya, bahkan saling hantam satu sama lain meskipun dalam konteks untuk menutupi sesuatu yang sangat rahasia tentunya. Bukan seperti itu sosok mbah maridjan, dengan kelugasan dan darma bhaktinya pada tugas dan amanat, bagai nakhoda kapal yang setia dan menyatu dengan kapalnya. Serta sangat memberikan inspirasi nan demikian dalam karena menjadi kisah yang sangat sulit disamai dengan peristiwa apapun di saat ini, terlebih dengan bayaran yang diterimanya dari Kraton Kasultanan Yogyakarta tak lebih dari lima belas ribu rupiah setiap bulannya. Sangat jauh dengan kondisi sang raja, dengan mobil mersinya dan glamournya kehidupan kraton.
Sang Samurai Jawi itu telah pergi untuk selamanya meninggalkan banyak kenangan bagi ribuan insan pecinta alam terutama para pendaki gunung yang selalu mendapatkan wejangan barang sekelumit ketika akan mendaki gunung Merapi yang memiliki tingkat kesulitan nomer 2 di Indonesia pada jalur pendakian melalui Kinahrejo setelah Cartenz di Papua. Bahkan masih sangat ingat ketika setiap malam minggu banyak rekan-rekan yang menyempatkan diri untuk hanya ngobrol dan beranjangsana dengan Mbah Maridjan di rumahnya, dari berbagai kalangan dan tingkat pendidikan. Entah ada pesona apa disana, yang jelas hal ini hanya bisa dirasakan oleh para pelakunya.
Kini setelah kepergian sang Samurai Jawi ini seakan ada konflik kepercayaan bagi masyarakat tentang informasi dan second opinion akan Gunung Merapi, semoga saja segera muncul tokoh yang bisa kukuh seperti beliau Mbah Maridjan dengan teladan kesederhanaan dan kesiapsiagaannya melayani dan nyrateni Gunung Merapi, baik secara logika ataupun secara mistis sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Jogjakarta, dan tidak berharap bahwa keyakinan yang indah itu akan segera sirna dengan segala macam logika dan pemurnian yang sangat diselimuti nuansa penghilangan budaya Jawi yang penuh kesederhanaan dan dedikasi menjadi ideologi yang berperspektif robot, pemberontak ataupun hanya mengabdi pada kepentingan duniawi lahiriah ansich, karena bagaimanapun kehancuran dunia dan bubrahnya aturan-aturan di negeri ini juga karena hal demikian, bahkan pengrusakan alam adalah karena kecerdasan yang sudah terlalu jauh meninggalkan hati nurani dan kemanusiaan sejati.
Aktivitas Merapi
Peningkatan Status Gunung Merapi menjadi AWAS
Gunung merapi merupakan gunung tipe strato dengan ketinggian 2980 m dpl. Secara geografis terletak pada posisi 7o32,5" Lintang Selatan dan 110o26,5" Bujur Timur. Secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kab. Sleman, Kab. Magelang, Kab. Boyolali dan Kab. Klaten. Status G. Merapi ditingkat dari normal menjadi waspada pada tanggal 20 September 2010, dan ditingkatkan menjadi siaga pada tanggal 21 Oktober 2010.
Tanggal 22 Oktober 2010 : gempa vulkanik 52 kali, gempa fase banyak 514 kali.
Tanggal 23 Oktober 2010 : gempa vulkanik 80 kali, gempa fase banyak 525 kali dan gempa frekuensi rendah 1 kali.
Tanggal 24 Oktober 2010 ; gempa vulkanik 80 kali, gempa fase banyak 588 kali dan gempa frekuensi rendah 3 kali
Pada akhir September 2010 laju inflasi bagian puncak G. Merapi rata-rata 6 mm/hari, setelah itu laju inflasi hingga 21 oktober 2010 mencapai 10,5 cm/hari, kemudian laju inflasi meningkat sangat tajam mencapai 42 cm/hari berdasarkan hasil pengukuran EDM hingga 24 Oktober 2010.
Sejak ditetapkan status Siaga terjadi peningakatan kejadian guguran kubah lava, dominan mengarah ke Selatan (Kali Gendol) dan Ke Barat Daya (Kali Krasak). Beberapa kejadian guguran dapat terdengar di Pos Pengamatan Kaliurang dan di Pos Pengamatan Babadan.Berdasarkan hasil pengamatan kegempaan, deformasi dan visual menunjukan adanya peningkatan kegiatan/aktivitas secara signifikan. Maka terhitung sejak tanggal 25 Oktober 2010 pukul 06.00 WIB, status kegiatan Gunung Merapi dinaikan dari "SIAGA" menjadi "AWAS"
Dampak Gunung Merapi
a. positif
- Debu vulkanik dapat menyuburkan tanah dalam waktu beberapa tahun kedepan. Itu lah mengapa Indonesia termasuk daerah subur. Salah satu faktornya yaitu adanya gunung api.
- Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal ato panas bumi yg sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
- Sisa2 aktivitas gunung api dapat menghasikan bahan2 tambang yg berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
- Sisi negatifnya itu diakibatkan karena dampak yg ditimbulkannya pada manusia dan makhluk hidup laennya.
Letusan gunung api dapat menyebabkan banyak korban jiwa. Bila letusannya dahsyat, debu vulkaniknya dapat menutupi atmosfer. dan terjadinya pencemaran udara , sesak nafas akibat debu vulkanik yang ditimbulkan akibat letusan gunung.
Langganan:
Postingan (Atom)